Semu, itulah kata-kata yang terlintas di otak ini ketika aku membayangkan sosokmu,
Logika ini seakan beradu argumen dengan kalbu seperti kedua kubu ingin memenangkan pembenarannya,
Logika ini berkata "Heiii, betapa bodohnya kamu bisa terbuai dengan dengannya, padahal dia tidak melirikmu sama sekali"
Sedangkan, lain halnya dengan kalbu ini "Jangan pernah dengarkan logikamu jika berurusan dengan perasaan, logikamu hanyalah sekumpulan syaraf yang hanya mengerucut pada penalaran"
Akupun hanya bisa berdiri dengan lidah yang kaku tanpa ada kata yang terucap ketika aku melihatmu,
Kau adalah sosok yang begitu anggun dimataku, sampai mata inipun tak berani menghadap lurus diwajahmu,
Kau tidak cantik, tapi kau memancarkan pesona yang menawan dimata setiap lelaki,
Duhai kekasih, sungguh hati ini ibarat ladang tandus yang mengaharapkan siraman air surga darimu,
Sungguh tanaman cinta ini membutuhkan pupuk surga darimu agar menjadikannya pohon yang kuat akarnya dan rimbun daunnya sehingga cinta ini dapat menjadi peneduh untuk untuk hidupku"
-End